15 October 2024

Dunia Pendidikan Nasional Masih Hadapi Tantangan Literasi dan Numerasi

Dunia Pendidikan Nasional Masih Hadapi Tantangan Literasi dan Numerasi

Hasil Asesmen Nasional 2023 memperlihatkan, masih tetap ada pelajar SD sederajat sejumlah 39% yang masih belum memiliki kekuatan minimal dalam literatur dan sejumlah 54% yang masih belum memiliki kekuatan minimal dalam numerasi.

Membuat kekuatan literatur dan numerasi tetap jadi rintangan besar dunia pendidikan di Indonesia. Hasil Asesmen https://lazsakinah.org/ Nasional 2023 memperlihatkan, masih tetap ada pelajar SD sederajat sejumlah 39% yang masih belum memiliki kekuatan minimal dalam literatur dan sejumlah 54% yang masih belum memiliki kekuatan minimal dalam numerasi.

Pegiat Pendidikan yang peraup gelar Master sektor Educational Rencana dari University College London (UCL) Galih Sulistyaningra menjelaskan, kekuatan literatur dan numerasi lebih luas dari sekedar baca, tulis, dan kalkulasi (calistung) karena mengikutsertakan kekuatan untuk pahami pelajaran.

literatur dan numerasi bukan hanya jadi tanggung-jawab guru Bahasa Indonesia, dan Matematika, tetapi semua guru, termasuk orangtua dan penopang peraturan,” jelasnya dalam Podcast Bincang Menginspirasi yang diadakan Tanoto Foundation dan Parentalk yang tampil di saluran Youtube Tanoto Foundation, Kamis (16/5), dalam info diterima.

Podcast Bincang Menginspirasi adalah tempat share ide seputar kesehatan ibu dan anak, pembelajaran, beasiswa, dan panduan parenting yang diinisiasi Tanoto Foundation, organisasi filantropi mandiri di bagian pendidikan yang dibangun Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto di tahun 1981.

Menurut Galih yang profesinya sebagai guru SD, kekuatan dasar literatur dan numerasi itu tidak cuma bicara masalah angka dan huruf, tetapi bagaimana memahami dan mengerti. Kekuatan literatur dan numerasi bahkan juga semestinya jadi dasar saat sebelum anak calistung.

„Saat sebelum calistung, ada yang bernama ‘pra’. Seperti bagaimana triknya duduk yang betul, itu masuk ke ‘pra’ membaca, menulis dan berhitung. Selanjutnya anak diperkenalkan pada huruf dan kata-kata,” terang Galih.

Dianya juga share panduan untuk orangtua yang ingin mulai memupuk kekuatan literatur beberapa anak sejak awal lewat kekuatan pahami.

„Ada yang bernama ‘kesadaran cetak’. Sebetulnya dapat dimulai dari gambar atau simbol. Tips-nya, mengawali dengan membaca gambar. Meskipun ada tulisannya, tetapi membaca gambar. Kita dapat dimulai dari gambar. Untuk buku anak umur dini, gambar semakin lebih besar dan perlu menceritakan,” katanya.

Sementara disebelah kekuatan numerasi, Galih meneruskan jika numerasi tetap diasumsikan kekuatan matematis yang kompleks.

„Walau sebenarnya numerasi dapat didorong sebuah teknik namanya one to one correspondence. Jangan cuma mengajari lambang angka. Kita harus sampaikan dengan benda nyata. ‘Satu’ itu satu benda, ‘dua’ itu dua benda. Hingga anak terlatih, bila angka makin bertambah besar, karena itu jumlah makin banyak,” kata Galih menjelaskan.

Selanjutnya, apa yang perlu dilaksanakan orangtua dan guru? Menurut Galih, kekuatan literatur dan numerasi memang seharusnya dibuat bukan hanya dengan belajar membaca huruf, tetapi juga lewat ketrampilan menyaksikan, dengar, bicara, dan menulis. Semuanya dibuat lewat hubungan yang intensif dengan guru atau orangtua di dalam rumah. Hingga, diperlukan keterkaitan yang kompak dari guru dan orangtua.

Karenanya, saat ada pertanyaan dari beberapa guru berkaitan bagaimana panduan supaya siswa dapat semakin semangat saat belajar literatur dan numerasi, Galih menyebutkan jika guru agar lebih inovatif supaya anak memiliki minat untuk membaca.

Salah satunya peristiwa yang banyak terjadi ialah kehadiran Sudut Baca yang sering cuma efektif memancing ketertarikan siswa sejumlah minggu saja, kemudian ditinggal.

„Jika ingin sustain (berkesinambungan), harus manfaatkan buku fisik dan digital lebih beberapa pilihan, saat ini banyak basis yang sediakan beberapa buku gratis,” ucapnya.

Contohnya, Kemendikbudristek sediakan berbagai buku digital di basis Mekanisme Informasi Perbukuan Indonesia (SIBI) yang dapat dijangkau gratis oleh siswa atau guru. Sementara untuk beberapa buku bacaan menggunakan bahasa Inggris, ada basis penyedia bacaan gratis seperti Letsreadasia.

Inne artykuły

Dziurawo mi – czyli drogi al’a Koszalin

15 lutego 2021

15 lutego 2021 1

Zima 2021, chociaż do czasu przypominała typową jesień, pokazała w końcu, na co ją naprawdę stać. Przyszedł mróz i śnieg,...

Komentarze